Terkendala Pembebasan Lahan, Progres Pembangunan Jalur Pansela Masih 60%

Saat ini, progres pembangunan Jalur Pantai Selatan (Pansela) baru mencapai 60%. Namun, sejumlah kendala menghambat kelanjutan pembangunan jalur ini. Salah satu masalah yang dihadapi adalah pembebasan tanah atau lahan yang dibutuhkan untuk proyek ini.
Menurut M Yasin, Trenggalek menghadapi tantangan terbesar dalam pembebasan lahan. Diperlukan anggaran sekitar 200 miliar rupiah untuk menyelesaikan proses ini, yang merupakan jumlah terbesar di Jawa Timur. Kepala Bappeda Jatim juga menekankan bahwa ini adalah prioritas utama untuk memastikan kelancaran proyek pembangunan di daerah tersebut.
Menurut Yasin, tanggung jawab pembebasan lahan sepenuhnya menjadi kewajiban pemerintah kabupaten setempat. Namun jika melihat situasi keuangan di Pemkab Trenggalek, ia merasa bahwa anggaran yang terlampau besar tidak dapat dipenuhi. Oleh karena itu, pemerintah provinsi dan pusat akan memberikan bantuan dalam hal ini. “Pemerintah pusat telah berkomitmen untuk mengalokasikan dana konstruksi segera setelah lahan siap, dan kami akan menyelesaikannya bersama,” jelasnya.
Menurut Yasin, tidak ada ganti rugi yang diberikan kepada Perhutani terkait pembangunan jalur Pansela. Pemerintah hanya perlu izin penggunaan lahan dan memberikan kompensasi dalam bentuk konservasi, seperti yang telah dilakukan di Blitar dan Malang.
Menurutnya, opsi ini lebih ekonomis daripada membeli seperti yang dilakukan sebelumnya. Untuk referensi, jalur Pansela di Jawa Timur memiliki panjang sekitar 628 KM menurut RPJPD dan saat ini sudah terbangun sebanyak 350 KM.
Yasin optimistis bahwa proyek yang belum selesai akan dapat diselesaikan dalam waktu lima tahun ke depan. Proyek ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara wilayah utara dan selatan di Jatim.
Masalah ketimpangan antara wilayah utara dan selatan di negara kita harus segera diselesaikan, karena dampaknya sangat signifikan. Saat ini, wilayah utara sudah memberikan kontribusi sebesar 40% terhadap PDRB negara kita, sedangkan selatan hanya 16%. Kami percaya bahwa potensi selatan juga tidak kalah dengan utara, sehingga penting untuk mengatasi kesenjangan ini secara efektif.